Wednesday, December 14, 2011

Hubungan Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan (bagian II)

Bahan Kasar

Bahan kasar adalah prosentasi kerikil, kerakal atau batuan pada setiap lapisan tanah, yang dapat diklasifikasikan seperti pada tabel berikut ini.


Kedalaman Tanah

Klasifikasi kedalam tanah dapat dilihat pada tabel berikut ini


Hubungan Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan (bagian I)

Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan (FAO, 1976). Hubungan antara kualitas dan karakteristik lahan evaluasi lahan menurut Djaenudin et al. (2003) dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Monday, December 5, 2011

Evaluasi Lahan

Pengertian Evaluasi Lahan

Pada umumnya survey tanah adalah bertujuan untuk mengevaluasi lahan dalam rangka untuk menyusun rencana penggunaan lahan dalam bentuk klasifikasi kesesuaian dan kemampuan lahan (potensi lahan). Evaluasi merupakan intepretasi dalam keadaan tata guna lahan saat ini, perubahannya serta dampaknya yang tidak mengacu pada suatu metode evaluasi atau klasifikasi. Klasifikasi menunjukkan tipe penggunaan yang sesuai dan jenis masukan yang diperlukan untuk produksi tanaman secara lestari.

Perubahan lahan pada dasarnya sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomi, konsekwensi sosial serta dampaknya terhadap lingkungan. Dengan demikian maka melalui evaluasi lahan diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut.
  1. Bagaimana cara pengelolaan lahan saat ini dan dampaknya jika keadaan tersebut tidak mengalami perubahan atau tidak di ubah;
  2. Perbaikan apa yang diperlukan serta apakah dapat dilaksanakan sejalan dengan tata guna lahan saat ini;
  3. Apakah ada penggunaan lahan lain yang secara yang secara fisik dapat dilaksanakan serta sesuai dengan keadaan sosial dan bernilai ekonomis;
  4. Penggunaan lahan yang bagaimana yang lebih mempertahankan produksi atau manfaat lainnya;
  5. Sejauh mana pengaruh negatif dari tiap kemungkinan penggunaan lahan, baik dalam bentuk fisik, ekonomi maupun sosial;
  6. Apa masukan yang harus diberikan untuk memenuhi produksi serta menekan dampak negatif yang mungkin terjadi;
  7. Apa kelebihan manfaat masing-masing penggunaan lahan;
  8. Perubahan apa yang perlu dan mungkin dilaksanakan serta caranya;
  9. Apa penambahan masukan yang perlu dilaksanakan untuk terlaksananya perubahan tersebut.

Tuesday, September 27, 2011

Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut USDA (bagian 1)

Klasifikasi kemampuan lahan adalah klasifikasi lahan yang dilakukan dengan metode faktor penghambat. Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamanya sampai yang terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria untuk setiap kelas; penghambat yang terkecil untukkelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya. Pengelompokan di dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat, sehingga kelas kemampuan adalah kelompok unit lahan  yang memiliki tingkat pembatas atau penghambat (degree of limitation) yang sama jika digunakan untuk pertanian yang umum (Sys et al., 1991). Tanah dikelompokan dalam delapan kelas yang ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII. Kelas I hingga kelas IV merupakan kelas yang dapat ditanami, sedangkan kelas V hingga kelas VIII merupakan kelas yang tidak dapat ditanami.

Sistem Klasifikasi Kemampuan Lahan Menurut USDA (bagian 2)

Kelas III

Dibandingkan dengan kelas II, tanah pada lahan kelas III ini memiliki faktor penghambat lebih besar, jika akan dimanfaatkan untuk tanaman pertanian memerlukan tindakan pengawetan khusus yang umumnya lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya. Faktor-faktor penghambat pada lahan kelas III antara lain; lereng agak miring atau sangat peka terhadap bahaya erosi, kondisi drainase buruk, permeabilitas tanah sangat lambat, solum dangkal yang membatasi daerah perakaran, kapasitas menahan air rendah, serta kesuburan yang rendah dan tidak mudah untuk diperbaiki. Jika lahan ini akan dimanfaatkan maka memerlukan tindakan pengawetan khusus diantaranya perbaikan drainase, melakukan sistem pertanaman seperti penanaman dalam jalur atau bergilir dengan tanaman penutup tanah, pembuatan teras, selain itu diperlukan pemupukan dan penambahan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Thursday, September 22, 2011

Fungsi Tanah Dalam Pencemaran Lingkungan


 

Dalam kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari limbah atau buangan dan sampah  yang dihasilkan baik berupa limbah domestik rumahtangga maupun limbah industri. Limbah dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses yang memiliki nilai komersial rendah atau hasil yang tidak bermanfaat. Sampah merupakan bahan yang dibuang setelah dimanfaatkan, oleh karena itu perlu diperhatikan perbedaan antara limbah dan sampah. Baik limbah maupun sampah merupakan bahan atau zat pencemar yang bersifat pengotor terhadap lingkungan. Hal ini karena zat pencemar tersebut bersifat racun baik bagi tumbuhan, hewan, maupun manusia. Selain itu sampah dan limbah dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, menyebabkan eutrofikasi perairan, dapat meningkatkan temperatur perairan yang dapat menimbulkan permasalahan terhadap biota yang terdapat diperairan tersebut.

Wednesday, September 14, 2011

Parameter Penentu Kesuburan, Produktivitas, Kemampuan Serta Kesesuaian Tanah

Kesuburan Tanah

Parameter yang digunakan untuk menentukan kesuburan tanah adalah; jeluk efektif, struktur, konsistensi, internal drainage, daya simpan lengas, kadar hara (N, P, K, S, Ca, dan Mg), KPK, cadangan mineral terlapukan, pH, kadar bahan organik, sifat bahan organik, kejenuhan basa, serta kandungan zat beracun (kejenuhan Al, Mn)

Introduksi Spesies

Introduksi spesies adalah masuknya atau berpindahnya suatu jenis spesies dari habitatnya di suatu tempat ke tempat lainnya baik dilakukan secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Introduksi spesies ini bisa berakibat positif maupun negatif terhadap daerah yang baru dimasuki oleh spesies baru tersebut. Spesies-spesies yang dapat berpindah pada suatu tempat ke tempat lainnya pada umumnya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga spesies ini mampu bertahan bahkan berkembang biak dengan baik pada lingkungannya yang baru. Ada beberapa spesies yang justru perkembangannya menjadi tak terkendali sehingga menjadi hama dan merugikan manuasia.

Introduksi spesies yang tidak disengaja

Spesies yang satu ini kita pastinya sudah mengetahuinya bahkan persebarannya hampir merata dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan barunya. Tikus merupakan spesies jenis omnivora yang berasal dari daerah Norwegia sehingga namanya “Rathus Norvegicus”. Spesies tikus ini mengikuti manusia dan terbawa dalam kapal-kapal yang berlayar dari Norwegia ke berbagai penjuru wilayah di dunia. Tikus merupakan salah satu binatang yang paling pesat perkembangannya karena sifat reproduksinya sangat tinggi serta sangat adaptatif terhadap lingkungannya. Karena tikus merupakan jenis hewan omnivora serta perkembangannya tak terkendali yang salah satu penyebabkan rusaknya bahan pangan manusia sejak ribuan tahun yang lalu, sekaligus menjadi salah satu hama yang menjadi musuh manusia di berbagai negara. Di negara Amerika Serikat kerugian ayang diakibatkan oleh tikus ini terhitung mencapai $2,5 milyar/thn.

Monday, September 12, 2011

Jenis-jenis Tanah di Indonesia (bagian 2)

Tanah Lateritik

Tanah Lateritik banyak tersebar di daerah yang beriklim humid dari tropis hingga subtropis. Beberapa ciri umum morfologi lateritik adalah sebagai berikut; (1) solum dangkal dengan kedalaman < 100 cm, (2) susunan horison A, B, dan C, dengan horison B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus adalah lempung, (3) mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kwarsa yang menyebabkan adanya air. Tanah jenis ini tersebar pada dataran rendah dengan ketinggian 100 m dpal, serta memiliki relief datar hingga sedikit bergelombang dengan bahan induk andesit dankKeadaan iklim basah dengan curah hujan antara 2500-3500 mm/thn tanpa bulan kering.

Saturday, September 10, 2011

Jenis-jenis Tanah di Indonesia (bagian 1)

Indonesia berada pada iklim tropis dengan temperatur dan kelembaban yang tinggi serta curah hujan yang tinggi merupakan faktor yang mempercepat proses pelapukan bahan induk, pencucian, pelindian, erosi serta deposisi. Selain itu topografi, aktivitas gunungapi, serta aktivitas manusia juga merupakan faktor yang menyebabkan pedogenesis tanah dapat terhambat. Adapun jenis dan karakteristik tanah yang ada di Indonesia antara lain sebagai berikut.

Tanah Organik

Tanah organik merupakan tanah yang telah terendam air dalam waktu yang lama atau setidaknya selama 1 bulan dan mengandung bahan karbon organik > 12% jika berlempung atau mengandung bahan karbon organik > 18% jika berlempung 60% dan lempung tersebut berimbang dan proposional. Tanah organik dapat digolongkan kedalam Histosol jika lebih dari 50% lapisan atas tanah dalam memiliki ketebalan 40 – 80 cm. Bahan penyusun tanah organik dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu;
  1. Fibrik yang dekomposisinya paling sedikit, sehingga masih banyak mengandung serabut, BJ rendah (< 0,1), kadar air tinggi dan berwarna coklat;
  2. Hemik merupakan peralihan dengan dekomposisi separuhnya, masih banyak mengandung serabut dengan BJ 0,07 – 0,18, dengan kadar air tinggi serta berwarna lebih kelam;
  3. Saprik merupakan dekomposisinya paling lanjut, kurang mengandung serabut, BJ > 0,2 atau lebih, kadar air tidak terlalu tinggi dengan warna hitam dan coklat kelam;

Thursday, August 18, 2011

Permasalahan Perkembangan Daerah Perdesaan Menjadi Perkotaan





Daerah perdesaan dapat didefinisikan sebagai daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah dengan kriteria ekonomi, sosial, dan geografis tertentu. Kriteria ekonomi pedesaan sangat tergantung atau mengandalkan dari pendapatan pertanian. Kriteria sosial, menunjukkan prilaku kehidupan masyarakat yang sangat terkait dengan pertanian dan kepadatan penduduk yang rendah. Kriteria geografis, daerah perdesaan lokasinya relatif jauh dari daerah perkotaan.

Tuesday, August 16, 2011

Transfer Data GPS Garmin 76Csx Menggunakan Program Mapsource


Memproses data dari GPS Garmin 76Csx secara langsung dapat dilakukan secara mudah dan cepat. File yang ada pada GPS pada umumnya dalam bentuk Track (garis/lintasan) dan WayPoint (titik). Untuk dapat mentransfer data dari perangkat GPS ke komputer terlebih dahulu komputer tersebut harus di instal dengan program Map Source yang umumnya didapatkan ketika membeli GPS tersebut. Adapun cara atau langkah-langkah dalam tranfer dan mengolah data yang dihasilkan dari perangkat GPS dengan menggunakan program arcview adalah sebagai berikut.

Sebelum kabel koneksi dihubungkan dari GPS ke komputer terlebih dahulu program Map Source di instal ke komputer, kemudian diaktifkan sehingga pada layar komputer akan seperti pada Gambar 1, setelah itu koneksikan kabel dari GPS ke komputer serta pastikan GPS dalam keadaan aktif (On).

Sunday, August 14, 2011

GPS Garmin 76CSx




Memasang Baterai

GPSMAP 76CSx beroperasi dengan menggunakan dua baterai AA, yang terletak di belakang. Anda dapat menggunakan baterai Alkaline, NiMH, atau Lithium. Cara memasang baterai pada GPSMAP 76CSx adalah sebagai berikut:
  • Buka penutup baterai dengan cara memutar kunci penutup baterai berlawanan arah putaran jarum jam, kemudian tarik penutup baterai tersebut hingga terbuka
  • Masukkan baterai seperti biasa kemudian tutup kunci kembali penutup baterai seperti semula
Lepas dan keluarkan baterai jika Anda tidak akan menggunakan GPS tersebut selama jangka waktu 1 bulan, jangan khawatir data yang tersimpan tidak akan hilang atau terhapus.

Bentuklahan (Landform) di Permukaan Bumi


Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 9 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan bentuklahan tersebut adalah sebagai berikut.

Bentuklahan asal struktural

Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai berikut.
  1. Pegunungan blok sesar (simbol : S1)  
  2. Gawir sesar (simbol : S2)
  3. Pegunungan antiklinal (simbol : S3)
  4. Perbukitan antiklinal (simbol : S4)
  5. Perbukitan atau pegunungan sinklinal (simbol : S5)
  6. Pegunungan monoklinal (simbol : S6)
  7. Pegunungan atau perbukitan kubah (simbol : S7)
  8. Pegunungan atau perbukitan plato (simbol : S8)
  9. Lembah antiklinal (simbol : S9)
  10. Hogback atau cuesta (simbol : S10)

Wednesday, August 10, 2011

Menyusun Peta Kesesuaian Lahan Untuk komoditas Perkebunan (Part 2)


Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Peta Kesesuaian Lahan 

Tahapan pengolahan data dan penyusunan peta kesesuaian lahan ini terdiri dari 3 tahapan yaitu, analisis laboratorium, penyusunan basis data, serta evaluasi lahan. Sampel tanah yang dianggap mewakili satuan evaluasi lahan pada tahapan sebelumnya kemudian dianalisis di laboratorium. Dari hasil analisis sampel tersebut dilakukan untuk menentukan tekstur, pH, kadar organik, N, P, K total, P tersedia, kelompok basa (Ca, Mg, K, dan Na), KTK, kejenuhan basa dan kemasaman (Al dan H). Hasil laboratorium tersebut kemudian dikorelasikan dengan hasil pengamatan dan pengukuran dilapangan. Seharusnya data hasil pengukuran atau pengamatan dilapangan tidak berbeda jauh dengan data hasil analisis di laboratorium. Jika terjadi perbedaan antara data lapangan dan data laboratorium maka yang akan digunakan adalah data hasil analisis dilaboratorium.

Menyusun Peta Kesesuaian Lahan Untuk komoditas Perkebunan (Part 1)


Secara umum tahapan kegiatan yang digunakan dalam menyusun peta kesesuaian lahan untuk komoditas perkebunan dapat dibagi menjadi 4 tahapan yaitu; persiapan, penelitian lapangan, pengolahan data dan pengusunan peta kesesuaian lahan. Adapun penjelasan dari tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

Tahap persiapan

Tahapan persiapan dilakukan dengan tujuan untuk persiapan sebelum melakukan survei di lapangan. Dalam tahapan persiapan juga harus dilakukan observasi lapangan sebagai studi awal untuk menentukan kelayakan lahan untuk perkebunan tebu. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan ini antara lain, aspek penggunaan lahan (land-used), kelerengan (slope), serta tanah. Tahap persiapan juga harus mencakup rencana untuk tahapan survei dan penelitian di lapangan termasuk persiapan peta-peta rencana lokasi areal perkebunan.

Tuesday, August 2, 2011

Permasalahan Lingkungan Global


Permasalahan lingkungan merupakan permaslahan yang sangat kompleks yang melibatkan banyak aspek dan bersifat global (tidak mengenal batas wilayah). Hampir seluruh negara di dunia mengalami permasalahan lingkungan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh negara tersebut, tetapi memerlukan kerjasama dan komitmen bersama dengan negara-negara lain. Beberapa permasalahan lingkungan global yang menjadi masih terjadi dan membutuhkan perhatian adalah antara lain; (1) pertumbuhan penduduk dan gejolak ekonomi; (2) limbah bahan beracun berbahaya (B3); (3) penyebaran pencemaran lingkungan dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang yang disebabkan oleh gerakan ekologi dangkal (Shallow Ecology Movement); (4) penyebaran dampak lokal ke global karena pencemaran tidak mengenal batas daerah (pollution knows no nation boundary).

Monday, August 1, 2011

Bioindikator Lingkungan

Bioindikator merupakan indikator biotis yang dapat menunjukkan waktu dan lokasi, kondisi alam (bencana alam), serta perubahan kualitas lingkungan yang telah terjadi karena aktifitas manusia.

Bioindikator petunjuk waktu dan lokasi atau endemi; bioindikator dapat menunjukkan endemi dari suatu jenis tumbuhan atau hewan. Untuk lebih jelasnya dapat memperhatikan contoh pada bunga Raflesia Arnoldi, bunga Raflesia Arnoldi akan banyak diketemukan atau tumbuh pada sepanjanng jalur migrasi babi. Raflesia Arnoldi merupakan jenis tumbuhan yang tidak memiliki akar, sehingga untuk dapat tumbuh dan berkembang Raflesia Arnoldi akan menyerap makanan/nutrisi dari tumbuhan lain yang ada disekitarnya. Saat bermigrasi babi akan memakan tumbuhan terutama umbi-umbian yang ditemuinya selama dalam perjalanan dengan cara mencabut tumbuhan tersebut hingga ke akar atau umbinya. Raflesia Arnoldi akan tumbuh dengan cara menyerap makanan/nutrisi dari sisa-sisa akar/umbi dari tumbuhan yang telah dimakan babi. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi atau endemi Raflesia Arnoldi banyak diketemukan di sepanjang jalur migrasi babi. Contoh lain adalah pada ikan Salmon, pada saat musim kawin dan bertelur maka ikan Salmon akan bermigrasi menuju hulu sungai, atau disebut juga dengan istilah Anadromus. Setelah menetas maka ikan-ikan Salmon ini akan kembali menuju ke hilir sungai atau ke laut. Hal ini juga terjadi pada belut raksasa Sidat yang melakukan migrasi ke hilir sungai atau laut untuk kawin dan bertelur, hal ini disebut juga dengan istilah Katadromus.

Sunday, July 31, 2011

Apa Pengelolaan Lingkungan itu ?



Pengelolaan Lingkungan adalah satu proses intervensi publik yang sistematis dan menerus dalam pengalokasian dan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam untuk memecahkan persoalan-persoalan lingkungan saat ini dan untuk menuju pembangunan yang berkelanjutan, (Setiawan, 2000). Pengelolaan lingkungan timbul akibat dari merebaknya isu-isu tentang terjadinya kerusakan lingkungan global. Dimana telah terjadi degradasi kualitas lingkungan akibat dari pola konsumsi dan produksi serta eksploitasi yang tidak mempertimbangkan sumberdaya alam.

Adapun hakekat dari pengelolaan lingkungan adalah usaha untuk memelihara/memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita terpenuhi, (Soemarwoto, 1985). Hakekat tersebut mengandung makna yang luas yaitu, untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dengan memperhatikan kualitas hidup manusia secara keseluruhan. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya penggunaan teknologi yang arif lingkungan serta memperhatikan kondisi sosial dan politik masyarakat untuk menghilangkan ketimpangan akibat proses pembangunan tersebut. Banyak permasalahan-permasalahan sosial yang timbul akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan, sosial dan politik yang berkembang di masyarakat. Padahal pembangunan tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, jika yang terjadi sebaliknya berarti telah terjadi kesalahan dalam menelaah hakekat dari pembangunan tersebut yang berarti juga pemerintah tidak menjalankan UU No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan tidak akan berhasil tanpa andil dan kerjasama dari masyarakat, sebab yang menjadi obyek dan sasaran pembangunan adalah masyarakat itu sendiri.

Thursday, July 28, 2011

Satelit WORDVIEW-1







WorldView-1 merupakan DigitalGlobe satelit pencitraan di bumi, yang sukses diluncurkan dari Vandenberg Air Force Base, California, Amerika Serikat, pada jam 11:35 Pacific Time pada tanggal 18 September 2007. Mesin roket yang membawa satelit WorldView-1 adalah Delta II yang diharapkan sebelum tanggal 18 oktober 2007 sudah dapat menyajikan data citra pankromatik pertama.

Satelit RAPIDEYE



RapidEye berhasil diluncurkan dari roket DNEPR-1 pada tanggal 29 Agustus 2008 di Kosmodrom Baykonur Kazakhstan. RapidEye dibangun oleh MacDonald Ltd (MDA) yang menawarkan pengguna gambar sumber data yang berupa kombinasi dengan cakupan yang luas, resolusi tinggi dan kemampuan multispectral yang tinggi. Hasil pencitraan RapidEye dapat diterapkan dalam bidang industri, pertanian, kehutanan, asuransi, eksplorasi, kekuasaan dan komunikasi, pemerintah, kartografi, visualisasi dan simulasi.

Satelit ALOS (Daichi)




NASDA's ALOS (satelit pengamatan bumi) berhasil diluncurkan dari Tanegashima Space Center, tanggal 24 Januari 2006.  ALOS (berganti nama menjadi "Daichi") memiliki tiga remote sensing instrumen yaitu: instrumen penginderaan jauh pankromatik Stereo (PRISM) untuk pemetaan elevasi digital (DEMs), visible dan inframerah dekat Radiometer tipe 2 (AVNIR-2), dan Phased Array L - band sintetis Aperture Radar  (PALSAR) untuk malam dan dalam segala cuaca pengamatan. Citra Alose dapat digunakan untuk pemetaan dengan 1:25.000, tanpa bergantung pada titik-titik referensi di tanah. Peluncuran satelit Alose bertujuan untuk keperluan kartografi, pemantauan daerah bencana, survey sumberdaya alam serta teknologi.

Satelit CARTOSAT-1


CARTOSAT-1 adalah satelit penginderaan jauh dibangun oleh ISRO (Indian Space Research Organization) yang terutama ditujukan untuk aplikasi kartografi di India. Satelit dengan berat 1560 kg ini diluncurkan oleh PSLV pada 5 Mei 2005 dari landasan peluncuran di Sriharikota, dan merupakan satelit kesebelas yang dibangun dalam seri satelit India Remote Sensing (IRS). CARTOSAT-1 diluncurkan dengan ketinggian orbit 618 km.

Satelit GEOEYE-1 dan GEOEYE-2




Satelit GooEye-1 pertama kali di luncurkan pada tanggal 6 September 2008, yang merupakan satelit pencitraan yang mengakuisisi dan memproses citra dangan menggunakan sensor yang inovatif. Sensor satelit GeoEye-1 dikembangkan oleh GeoEye dengan menggunakan fitur teknologi paling canggih yang pernah digunakan dalam teknologi penginderaan jarak jauh komersial.

Wednesday, July 27, 2011

Analisis Kemasakan Tebu


Untuk mengetahui apakah tebu yang ditanam di suatu kebun itu sudah waktunya untuk ditebang atau belum, tidak cukup hanya dilihat dari tanda-tanda fisiknya yakni daunnya yang sudah hampir mengering semua serta sebagian besar sudah mengelupas, sebab tanda-tanda tersebut dapat disebabkan oleh hal lain seperti akibat kekeringan. Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan analisis kemasakan atau sering disebut analisis gilingan contoh atau analisis gilingan kecil atau analisis pendahuluan. Hasil analisis kemasakan tidak didasarkan oleh tinggi rendahnya rendemen efektif hasil gilingan besar, karena sample/contoh/cuplikan yang diambil tidak mewakili seluruh/sebagian kebun misalnya satu petak tebang.

Tata cara pelaksanaan analisis kemasakan khususnya pada kebun yang kondisi pertumbuhannya homogen adalah sebagai berikut.
  1. menentukan petak maupun juringan contoh;
  2. kemudian dari juringan-juringan contoh tersebut ditentukan letak batang contoh,dimana batang-batang tersebut akan diambil/ditebang pada setiap periode/rondenya. Yang penting baik juringan maupun batang contoh haruslah mewakili kondisi pertanaman dari seluruh areal tersebut;
  3. Selanjutnya melakukan analisis yakni dengan langkah-langkah menglentek daun, menghitung, menimbang dan mengukur batang serta menghitung jumlah ruasnya;
  4. memotong tiap batang menjadi 3 bagian (bawah, tengah dan atas/BTA) yang sama panjang, masing-masing ditimbang,dibelah, dihitung jumlah ruasnya, serangan hama (khususnya penggerek batang dan bakteriosis), keadaan “voos ” (gabes) atau adanya lubang di tengah batang;
  5. tiap kelompok bagian batang tersebut digiling di gilingan kecil dengan faktor perah diusahakan mencapai 60 %;
  6. dari nira tersebut dengan peralatan laboratorium dapat diperoleh nilai brix dan pol dan dapat dihitung Nilai nira (NN) dan Hasil bagi Kemurnian (HK).
Dari analisis beberapa ronde dapat diketahui secara tepat keadaan/faktor kemasakan (FK), kemungkinan/kosien peningkatan (KP) dan keadaan/kosien daya tahannya (KDT) dengan rumus sebagai berikut .

Saturday, July 23, 2011

Otak Manusia Semakin Menyusut (semakin bodoh atau semakin cerdas?)


John Hawks antropolog peneliti tentang evolusi manusia Universitas  Wisconsin menyatakan bahwa selama 20.000 tahun terakhir, rata-rata volume otak manusia laki-laki telah menurun dari 1.500 cc menjadi 1.350 cc, atau berkurang seukuran bola tenis, begitu pula dengan otak perempuan. Penyusutan otak ini telah terjadi di Cina, Eropa, Afrika dan belahan bumi lainnya. Jika otak kita terus berkurang maka 20.000 tahun mendatang, ukuran otak kita akan sama dengan ukuran otak Homo Erectus yaitu 1.100 cc. Apakah dengan penyusutan volume otak ini kita akan semakin bodoh ? 

Homo sapiens (Cro-Magnons) dengan otak terbesar hidup 20.000 sampai 30.000 tahun yang lalu di Eropa. Mereka memiliki postur tubuh dengan dada yang besar, rahang menonjol dan gigi besar.  Sebagian ahli menyatakan bahwa besar kecilnya volume otak ada hubungannya dengan kondisi tubuh dan kekuatan otot. Nenek moyang kita rata-rata memiliki postur tubuh yang besar begitu pula tenaga atau kekutan otot yang dimiliki juga besar. Oleh karena itu mereka juga memiliki volume otak yang besar. Jika demikian maka volume otak manusia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kecerdasan.  

Friday, July 22, 2011

Wednesday, July 20, 2011

Pupuk Kompos Mengurangi Pemanasan Global



Ilmuwan ilmu tanah Universitas Ohio Rotan Lal mengatakan  menyatakan bahwa tanah pertanian memiliki potensi untuk menyerap 13% karbon dioksida di atmosfer. Para peneliti di seluruh dunia berusaha mencari bukti bahwa perubahan pada lahan pertanian dan peternakan dapat berdampak besar terhadap penyerapan karbon.

Tanah terbuka tanpa vegetasi yang tumbuh diatasnya mengakibatkan karbon yang ada dalam tanah akan terangkat ke atmosfer. Hal ini mengakibatkan tanah menjadi kering dan keras serta rentan terjadi erosi baik oleh air maupun angin. Selain itu karbon yang naik ke udara akan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global.  Sekarang ini perubahan penggunaan lahan telah memberikan kontribusi 1/3 dari emisi gas karbon yang mengakibatkan pemanasan global. Rotan Lal menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan telah mengakibatkan 70 milyar ton dari 100 milyar ton karbon yang ada di dalam tanah naik ke atmosfer.

Mangrove Sebagai Penangkap Karbon, Pendingin Udara serta Penahan Tsunami



Mangrove merupakan tumbuhan yang unik dengan sistem akar yang tersebar di atas dan di bawah permukaan air. Terdapat 73 spesies mangrove yang tersebar di sepanjang pesisir Florida dan asia tenggara terutama di Indonesia. Selain berfungsi untuk menjaga pantai dari abrasi air laut mangrove juga dapat berfungsi sebagai penyaring udara panas dari laut serta penyerap gas karbon di udara. Selain itu mangrove yang membentuk hutan juga merupakan habitat hidup beberapa spesies seperti kera, kerang-kerangan, serta spesies air lainnya.




Namun karena faktor kemiskinan manusia banyak mengeksploitasi hutan mangrove dengan memanfaatkan kayunya untuk memenuhi kebutuhan hidup serta permukiman. Sebagian lagi mengekploitasi untuk keperluan dunia kedokteran, Sejak tahun 1980 hutan mangrove telah mengalami deforestasi sebesar 30%. Hal ini tentunya dapat menurunkan kualitas lingkungan terutama di daerah pesisir, yang secara tidak langsung juga akan berdampak terhadap manusia.

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)




Amyotrophic Lateral Sclerosis, atau ALS, adalah penyakit yang dapat membunuh jaringan motorik neuron yang ada di otak dan sumsum tulang, Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan tubuh hingga penderita mengalami kesulitan untuk menelan dan bernafas. Penyebab ALS sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti. Meskipun demikian penderita penyakit ini terhitung langka yaitu hanya 2 juta penderita per tahun.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap sebaran penderita penyakit ALS di inggris, ternyata didapatkan pola sebaran penderita ALS paling tinggi adalah yang berada pada daerah sekitar danau dan perairan. Setelah dilakukan penelitian terhadap air danau dan perairan yang ada didaerah tersebut ternyata terdapat racun beta-methylamino-L-alanina (BMAA). Senyawa ini diproduksi oleh Cyanobacteria, ganggang biru-hijau yang habitatnya di tanah, danau dan samudera. Cyanobacteria kemudian dikonsumsi oleh ikan dan hewan air lainnya. Dengan demikian maka manusia yang mengkonsumsi ikan yang mengandung Cyanobacteria akan lebih beresiko untuk menderita penyakit ALS. Ganguan neurologis lain yang dapat diderita adalah penyakit Parkinson dan Alzheimer.

Tata Cara Budidaya Tanaman Tebu (Bagian 4: Pemanenan "Harvesting")




4. Pemanenan (Harvesting)

Pemanenan adalah kegiatan akhir dari setiap siklus penanaman tebu, dimana kegiatan pemanenan meliputi Tebang, Muat dan Angkut, yang bertujuan: memungut tebu dalam jumlah yang optimal dari setiap petak tebang, mengangkut tebu dari petak tebangan ke pabrik dan mempertahankan hasil gula yang secara potensial berada pada tanaman tebu. Kegiatan tebang muat angkut (TMA) adalah kegiatan yang sangat komplek, karena bukan saja merupakan rangkaian dari tiga kegiatan yang saling mempengaruhi, tapi juga karena sangat ketat dibatasi oleh waktu. Apabila terjadi kendala di salah satu kegiatan, maka kegiatan lainnya akan terganggu. Seluruh kegiatan pertanaman akan ditentukan hasilnya dalam kegiatan TMA, bahkan hasil kinerja perusahaan akan ditampilkan dari kegiatan TMA. Kinerja manajemen seolah-olah dipertaruhkan dalam kegiatan ini. Secara garis besar tujuan dari TMA adalah mendapatkan tebu giling yang masak segar bersih (MSB) sebanyak-banyaknya sejak ditebang hingga digiling dalam tempo secepatnya.

Tuesday, July 19, 2011

Tata Cara Budidaya Tanaman Tebu (Bagian 3: Pemeliharaan Tanaman "Maintenance")




3. Pemeliharaan Tanaman (Maintenance)

Pemeliharaan tanaman dapat dilihat pada diagram alir berikut ini


a. Aplikasi kapur pertanian (dolomite/calcite, gypsum)

Kegiatan penaburan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah kandungan unsur mikro Magnesium (Mg, Ca) yang berfungsi untuk menaikkan pH tanah menuju netral karena tanah Podzolik Merah Kuning merupakan tanah yang memiliki pH yang relatif rendah dan kurang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Gypsum juga menyediakan Ca (kalsium) dan sulfat. Dosis yang digunakan adalah 2 ton/ha setiap penanaman kembali tebu setiap 3 - 4 tahun (Replanting cane). Di samping pemberian kapur, juga diberikan 1 ton/ha gipsum yang berfungsi meningkatkan ketersediaan kalsium dan sulfat.

Tata Cara Budidaya Tanaman Tebu (Bagian 2: Tanam "Planting")



2. Tanam (Planting)

Tanam merupakan kegiatan yang dilakukan untuk replanting cane (RPC). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan tanam ini adalah menentukan varietas yang akan ditanam yaitu varietas yang tahan hama dan penyakit, memperhatikan bulan tanam, tebu RPC, berumur antara 6 - 8 bulan, murni (tidak tercampur varietas lain), daya kecambah tinggi, dan memiliki figur yang baik. Tebu yang ditanam berupa replanting cane (RPC) dan ratoon cane. Rencana replanting dilakukan dalam setiap musim tanam sebanyak ± ¼ (seperempat) dari luas total tanaman. Pembongkaran ratoon untuk rencana replanting didasari atas beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) produksi tebu per hektar; (2) keadaan hama dan penyakit; (3) keadaan gulma; dan (4) periode ratoon. Bulan tanam dan bulan tebang yang tepat perlu diperhatikan untuk memperoleh tingkat rendemen yang maksimal disesuaikan dengan varietas tebu yang tergolong masak awal, tengah, dan akhir.

Masa tanam bibit hendaknya disesuaikan dengan kategori umur kemasakannya sedemikian hingga masa tanaman baru (PC) tersedia bibit seperti kategori kemasakannya. Kategori kemasakan tebu terkait dengan lama tanaman tebu yang telah berumur fisiologi dewasa (lebih dari 9 bulan) mengalami kondisi lengas tanah rendah (kurang dari 50% kapasitas lapang) dan menunjukkan tingkat kecepatan masaknya, yaitu awal (Mei - Juni), tengah (Juli -Agustus) dan lambat (setelah September). Sedangkan umur tebu dipanen menentukan hasil tebu yang diperoleh. Tebu yang sama masak awal ditanam pada bulan Mei dan bulan Agustus akan siap ditebang pada bulan Mei-Juni dimana tanaman Mei telah berumur 12 - 13 bulan, sedang tanaman Agustus baru berumur 9 - 10 bulan. Tanaman tebu yang dipanen pada umur 12 - 13 bulan akan memberikan hasil tebu lebih tinggi dibandingkan tanaman yang dipanen pada umur 9 - 10 bulan. Oleh karena itu perencanaan tanam suatu varietas harus selalu disesuaikan dengan rencana tebang yang mengacu kepada kategori kemasakannya sehingga diperoleh hasil tebu dan tingkat rendemen yang tinggi.

Tata Cara Budidaya Tanaman Tebu (Bagian 1: Mempersiapkan Lahan/Tanah "Land Preparation")




1. Mempersiapkan Lahan/Tanah (Land Preparation)


Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan tanah agar dapat menjadi media yang baik sehingga menciptakan kondisi pertumbuhan tanaman tebu yang sehat dan normal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan lahan (land preparation) adalah sebagai berikut.


Brushing merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memotong tunggul dan sampah guna memudahkan pembajakan, dan meratakan tanah, serta mencacah sampah yang tidak terbakar. Kegiatan ini dilakukan pada areal tanaman ratoon yang akan dibongkar atau areal yang akan ditanami kembali (replanting cane). Indikator brushing yang baik adalah semua tunggul dan sampah terpotong sehingga tanah menjadi rata. Brushing dilakukan dengan menggunakan implement berupa piringan (disc) harrow Ku Lin atau Baldan yang ditarik oleh traktor medium 140 HP. Kapasitas kerja yang mampu dilakukan oleh alat ini yaitu 0,9 ha per jam. Tanah yang telah di-brushing dibiarkan selama 3 - 7 hari untuk mematikan biji-biji gulma.

Peranan Mikrobia Dalam Tanah


Sebagai reaktor, tanah merupakan suatu sistem beragam, terdiri atas komponen (1) mineral, (2) organik, (3) air, dan (4) udara, Komponen mineral berupa sibir (fragment) batuan, mineral primer dan sekunder, serta bahan amorf. Komponen organik terdiri atas akar tumbuhan, flora dan fauna penghuni tanah (edafon), sisa jaringan tumbuhan utuh dan lapuk, serta bahan humik.  Air mengandung berbagai zat terlarut dan tersuspensi. Udara tersusun atas uap air, gas-gas atmosfer, dan gas-gas hasil reaksi tanah. Bahan mineral dan organik membentuk kerangka padat tanah. Air dan udara berada dalam pori tanah, sebagian air terjerap di permukaan zarah padat tanah.

Perubahan unsur-unsur makro dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi kesuburan dalam kaitannya sebagai media tanam. Perubahan unsur-unsur makro dalam tanah sangat dipengaruhi oleh mikrobia yang ada dalam tanah tersebut. Adapun peranan mikroba dalam kaitannya dengan dinamika unsur-unsur makro dalam tanah adalah sebagai berikut. 

Saturday, July 9, 2011

Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian dan Perkebunan

Evaluasi kesesuaian lahan dapat didefinisikan sebagai suatu proses penilaian potensi atau kelas kesesuaian suatu lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Cara menentukan kelas kesuaian suatu lahan adalah dengan membandingkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh tipe penggunaan lahan yang kemudian diterapkan sesuai dengan karakteristik lahan yang akan digunakan. Dengan demikian maka dapat diketahui tingkat/kelas kesesuaian lahan tersebut dengan tipe/jenis penggunaannya. Evaluasi kesesuaian lahan sangat penting peranannya dalam konteks sumberdaya lahan, selain dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan juga dapat menekan terjadinya kerusakan lahan dan lingkungan.

Tuesday, July 5, 2011

Hal Yang Perlu diperhatikan Pada GPS (Global Positioning System)





GPS yang merupakan alat penentu posisi dan menerima sinyal berupa gelombang elektromagnetik dari satelit tentunya tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan maupun faktor-faktor teknis instrumen satelit itu sendiri. Oleh karena itu perlu diketahui beberapa faktor yang mungkin dapat menghambat ataupun mempengaruhi kinerja GPS terutama menyangkut tingkat akurasi GPS. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat akurasi GPS adala sebagai berikut:

Manajemen Kebun Tebu Dengan Teknologi Geographic Information System (GIS) Dan Global Positioning System (GPS) Untuk Meningkatkan Profit Perusahaan

Kemajuan teknologi yang terus berkembang harus dianggap sebagai peluang oleh setiap pelaku produksi gula sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kinerja unit usaha, sehingga keuntungan perusahaan akan mengalami peningkatan sejalan dengan pemanfaatan dan penerapan teknologi yang tepat guna. Penerapan dan pemilihan teknologi yang tepat guna dapat memberikan efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi.

Geographic Information System (GIS) merupakan suatu sistem informasi kebumian yang mampu meliput semua kegiatan dan informasi yang ada pada suatu wilayah dan pada waktu tertentu. GIS bukan hanya digunakan untuk membuat dan menampilkan peta tetapi sekaligus dapat memuat semua informasi baik berupa informasi fisik maupun non-fisik yang ada pada suatu wilayah. Dengan demikian semua kegiatan yang berkaitan dengan kebumian, termasuk perkebunan, dapat memanfaatkan GIS untuk membantu inventarisasi, pelaksanaan kegiatan, dan pemantauan yang dapat diaplikasikan mulai saat tanam hingga panen (tebang).



Monday, July 4, 2011

Peta Geologi






Bentuk lahan yang ada di permukaan bumi ini mencerminkan struktur geologi yang ada di bawahnya, dengan demikian maka struktur geologi suatu daerah menentukan bentuklahan yang ada di atasnya. Bentuklahan merupakan konfigurasi muka bumi yang keberadaanya ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: struktur geologi, proses geomorfologi, dan topografi. Struktur geologi menggambarkan bentuk asal mula suatu bentuklahan, sedangkan proses geomorfologi menggambarkan bagaimana suatu bentuklahan terbentuk. Topografi memberikan informasi detil tentang kondisi relief yang ada pada suatu bentuklahan.

SRTM dan Tingkat Ketelitian Peta RTRW

         
  
SRTM (shuttle radar topography mission) adalah sebuah satelit yang menghasilkan model elevasi digital untuk menghasilkan database bumi dalam bentuk topografi digital yang paling lengkap. SRTM terdiri dari radar yang dimodifikasi secara khusus yang terbang bersama Space Shuttle Endeavour selama 11 hari pada Februari Tahun 2000.

Meskipun SRTM memiliki resolusi yang rendah sekitar 90m tetapi masih banyak digunakan sebagai informasi untuk pekerjaan lapangan serta dimanfaatkan untuk membuat peta kontur dan lereng (slope). Hasil peta kontur maupun peta lereng dari pengolahan data SRTM maksimal berskala 1:900000, tetapi dalam realisasinya banyak yang memperbesar skalanya hingga skala 1:250000 atau malah lebih besar lagi. Dengan melakukan perbesaran skala tersebut akan memberikan konsekuensi menyangkut akurasi dari peta kontur maupun peta lereng yang dihasilkan.

Tuesday, June 28, 2011

Radioaktifitas Alam di Lereng Gunungapi Merapi (Bagian 2)

(penulis : Erfan Taufik Ardianto)


Radioaktifitas Alam di Lereng Gunungapi Merapi

Pembentukan Gunungapi Merapi terbagi dalam 5 tahap, yaitu pra Merapi (>400.000 tahun yang lalu), Merapi tua berumur antara 400.000 sampai 6.700 tahun yang lalu, kemudian tahap ketiga adalah Merapi menengah antara 6.700–2.200 tahun yang lalu, Merapi muda 2.200–600 tahun yang lalu dan Merapi Sekarang sejak 600 tahun lalu. Pemetaan geologi Gunungapi Merapi dalam Tahun 1989 menyebutkan hanya dua waktu, yaitu batuan Gunungapi Merapi muda dan Merapi tua. Batuan Gunungapi Merapi Muda terdiri dari aliran lava andesit piroksen, endapan jatuhan piroklastika Merapi, endapan aliran piroklastika muda dan guguran Merapi, dan endapan lahar muda. Sedangkan batuan Merapi tua terdiri dari endapan aliran piroklastika tua Merapi, endapan lahar tua Merapi, dan aliran lava andesit piroksen (Wirakusumah A.D., 1989).
Batuan Gunungapi Merapi yang telah dianalisa, diperoleh kesimpulan bahwa kandungan silika dari lava dan piroklastik sedikit berbeda. Kandungan silika dari lava antara 48,84–55,71 % sedangkan untuk piroklastik antara 49,17–58,96 %. Lava berjenis andesit-basaltik dengan komposisi plagioklas, klinopiroxin, magnetit, olivin, orthopiroxin, dan ampibol (Wirakusumah A.D.,1989). Hampir semua lava berbentuk kristal yang sempurna (porfiritik) (Marmol, M.D., 1998).
Hasil analisa terhadap batuan vulkanik dari Gunungapi Merapi hasil letusan Tahun 1997 pernah dilakukan BPPTK, analisa selengkapnya dari batuan vulkanik Gunungapi Merapi koleksi 1997 (dua sample) disajikan pada Tabel 4. sebagai berikut.

Radioaktifitas Alam di Lereng Gunungapi Merapi (Bagian 1)

(penulis : Erfan Taufik Ardianto)



Gunungapi Merapi

Bumi, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatannya tersusun atas empat (sfera), yaitu: atmosfera, hidrosfera, lithosfera dan biosfera. Semua lapisan (sfera) tersebut menjadi suatu sistem, yang dalam jangka panjang telah mencapai keseimbangan. Dalam studi ilmu lingkungan lapisan (sfera) tersebut disederhanakan menjadi komponen: udara, daratan, air dan biotik. Komponen darat itu tersusun oleh tanah dan batuan dengan berbagai struktur. Tanah itu sendiri merupakan bagian batuan yang telah lapuk. Batuan dengan berbagai macam variasi dan keadaannya merupakan wadah dari sebagian besar kegiatan mahluk hidup di bumi ini, selain itu juga menjadi sumber (resources) bagi kehidupan (PPLH UGM, 2001).
Batuan dengan berbagai macam jenisnya akan mengalami proses sebagian akibat tenaga asal luar (eksogen) maupun tenaga asal dalam (endogen). Akibat proses tersebut batu-batuan akan membentuk konfigurasi relief di permukaan bumi. Batuan dengan berbagai konfigurasi di permukaan bumi tersebut sebenarnya yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan di muka bumi ini (PPLH UGM, 2001).
Permukaan bumi mempunyai struktur geologi yang bervariasi. Struktur bumi dapat dibedakan menjadi: horisontal, dome, lipatan, patahan, vulkan, dan kompleks. Sifat perwatakan lahan tersebut sangat ditentukan oleh proses-proses pembentukannya. Pada Tabel 1. disajikan hubungan antara struktur geologi dengan bentukan di permukaan bumi.

KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS

(penulis: Budi Nugroho & Erfan Taufik Ardianto)



Pendahuluan

Keanekaragaman hayati merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui secara terbatas. Potensi sumber daya alam hayati tersebut bervariasi, tergantung dari letak suatu kawasan dan kondisinya. Pengertian istilah sumberdaya alam hayati cukup luas, yakni mencakup sumber daya alam hayati, tumbuhan, hewan, bentang alam (landscape) dan sosial budaya. Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang berlimpah ruah sehingga dikenal sebagai negara megabiodiversity. Meskipun luas arealnya hanya mencakup 1,3% dari seluruh luas permukaan bumi, namun kekayaan jenis makhluk hidupnya mencapai 17% dari seluruh total jenis yang ada di dunia. Dari sekian besar kekayaan jenis di Indonesia, baru sebagian kecil yang telah benar – benar dipelajari dan dipahami oleh manusia.
Keanekaragaman hayati didefinisikan sebagai keanekaragaman makhluk dan hal – hal yang berhubungan dengan lingkungan makhluk tersebut . Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan yaitu :
  1. Keanekaragaman genetik, merupakan keanekaragaman yang paling hakiki, karena keanekaragaman ini dapat berlanjut dan bersifat diturunkan. Keanekaragaman genetik ini berhubungan dengan keistimewaan ekologi dan proses evolusi.
  2. Keanekaragaman jenis, meliputi flora dan fauna. Beranekaragam jenis memiliki perilaku, strategi hidup, bentuk, rantai makanan, ruang dan juga ketergantungan antara jenis satu dengan yang lainnya. Adanya keanekaragaman yang tinggi akan menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap.

Pemetaan Kesuburan Tanah pada Lahan Tebu untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Tebu dan Profit Perusahaan

(Penulis : Erfan Taufik Ardianto)


Tanah merupakan basis tumbuhnya tanaman, dan merupakan pendukung kehidupan hewan dan manusia yang berada di atasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah dan banyak berkaitan dengan kesuburannya adalah: iklim, organisme (makhluk hidup), topografi, bahan induk atau batuan penyusun tanah, serta waktu.
          Dalam penanaman tebu yang diharapkan adalah memperoleh hasil hablur yang tinggi. Hablur merupakan gula sukrosa yang telah dikristalkan. Dalam sistem produksi gula, pembentukan gula terjadi di dalam proses metabolisme tanaman. Proses ini terjadi di lapangan (on farm). Pabrik gula sebenarnya hanya berfungsi sebagai alat ekstraksi untuk mengeluarkan nira dari batang tebu dan mengolahnya menjadi gula kristal. Hablur yang dihasilkan mencerminkan dengan rendemen tebu. Dalam prosesnya ternyata rendemen yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh keadaan tanaman (produktivitas) dan proses penggilingan di pabrik.