Tanah Lateritik
Tanah
Lateritik banyak tersebar di daerah yang beriklim humid dari tropis
hingga subtropis. Beberapa ciri umum morfologi lateritik adalah sebagai
berikut; (1) solum dangkal dengan kedalaman < 100 cm, (2) susunan
horison A, B, dan C, dengan horison B spesifik berwarna merah kuning
sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus adalah lempung, (3)
mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kwarsa yang menyebabkan adanya air.
Tanah jenis ini tersebar pada dataran rendah dengan ketinggian 100 m
dpal, serta memiliki relief datar hingga sedikit bergelombang dengan
bahan induk andesit dankKeadaan iklim basah dengan curah hujan antara
2500-3500 mm/thn tanpa bulan kering.
Tanah Podzolik Merah Kuning
Tanah
Podzolik Merah Kuning di Indonesia mempunyai lapisan permukaan yang
sangat terlindi berwarna kelabu cerah sampai kekuningan di atas horison
akumulasi yang bertekstur relatif berat berwarna merah atau kuning
dengan struktur gumpal, agregat kurang stabil dan permeabilitas rendah.
Kandungan bahan organik penjenuhan basa dan pH rendah (4,2 – 4,8).
Perkembangan lapisan permukaan yang terlindi kadang-kadang kurang nyata.
Jenis tanah ini di Indonesia terbentuk dalam daerah beriklim seperti
Latosol, perbedaannya hanya karena bahan induk Latosol berasal dari
batuan vulkanik basa dan intermediate, sedangkan tanah podzolik berasal
dari batuan beku dan tuff. Sebaran tanah podzolok merah kuning di
Indonesia tersebar di beberapa wilayah diantaranya di Sumatera,
Kalimantan, Jawa Tengah, dan Jawa Timu, yang dimanfaatkan untuk daerah
perladangan dan perkebunan karet.
Andosol
Tanah
andosol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat sarang,
mengandul bahan organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta
sedikit silika, alumina atau hidroksi besi. Sifat umum tanah andosol
antara lain adalah; horison A1 yang tebal berwarna kelam, coklat sampai
hitam, sangat porous, sangat gembur, tak liat, tak lekat, struktur remah
atau granuler, terasa berminyak karena mengandung bahan organik antara
8% sampai 30% dengan pH 4,5 – 6, beralih tegas ke horison B2 . Horison
B2 berwarna kuning sampai coklat, tekstur sedang, struktur gumpal dengan
granulasi yang tak pulih, mengandung bahan organik antara 2% hingga 8%
dengan kapasitas pengikatan air tinggi, serasa seperti berbentuk batang
gibsit dari oksida Al atau Fe dengan bahan amorf terdiri atas plasma
poreus isotropik. Sifat fisik tanah andosol antara lain; (1) daya
pengikat air sangat tinggi, (2) angka-angka konsistensi Atterberg sangat
tinggi, (3) selalu jenuh air jika tertutup vegetasi, (4) sangat gembur
tetapi mempunyai katahanan struktur yang tinggi sehingga mudah diolah,
(5) permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak makropori.
Tanah Lempung 2/1 (Vertisol atau Grumusol)
Ciri-ciri
tanah lempung ini antara lain sebagai berikut; (1) tekstur lempung
dalam bentuk yang mencirikan, (2) tanpa horison eluvial dan iluvial, (3)
struktur lapisan atas granular, sering berbentuk seperti bunga kubis,
dan lapisan bawah gumpal atau pejal, (4) mengandung kapur, (5) koefisien
pemuaian dan pengerutan tinggi jika diubah kadar airnya, (6) seringkali
mikroreliefnya gilgai, (7) konsistensi luar biasa liat, (8) bahan induk
berkapur dan berlempung sehingga kedap air, (9) dalam solum rata-rata
75 cm, (10) warna kelam atau chroma kecil. Tanah ini di Indonesia
tersebar pada daerah-daerah pada ketinggian < 300 m dpal, dengan
topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur tahunan
rata-rata 25 C dengan curah hujan < 2500 mm dengan pergatian musim
hujan dan musim kemarau nyata. Bahan induknya terbatas pada tanah
bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang sudah mengalami
pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tuff, endapan aluvial dan abu
vulkanik. Kandungan bahan organik pada umumnya antara 1,5 – 4,0 %, warna
tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur. Tanah yang kaya
kandungan kapur pada umumnya berwarna hitam, sedangkan yang bersifat
asam berwarna kelabu. Jenis tanah ini mengandung unsur-unsur Ca dan Mg
tinggi, bahkan dalam beberapa keadaan dapat terbentuk konkresi kapur dan
akumulasi kapur lunak. Jenis lempung yang terbanyak montmorilonit,
sehingga tanah mempunyai daya adsorpsi tinggi (50-100 me / 100g
lempung). Jika tanah mengering setelah hujan pertama permukaan gumpal
tanah grumusol yang kaya akan kapur memperlihatkan struktur bunga kol.
Sifat-sifat tanah vertisol yang sangat berat menyebabkan jenis tanah ini
sangat peka terhadap bahaya erosi dan bahaya longsoran. Hal ini
mengakibatkan relief tanah yang lebih tinggi menjadi bergelombang dan
didataran membentuk bukit-bukit kecil yang cembung yang pernah ditemukan
di pulau Sumbawa yang sangat kering yang dinamakan gilgai. Dengan
mengatur drainase irigasi dan pengolahan tanah disertai pemupukan bahan
organik untuk memperbaiki struktur tanah, jenis tanah ini dapat memberi
hasil kapas, padi, dan tebu.
Tanah Hidromorfik
Pada
umumnya tanah hidromorfik atau hidrosol memiliki sifat porositas dan
drainase yang buruk, sehingga mengurangi manfaatnya sebagai tanah
pertanian. Topografi tanah ini pada umumnya datar yang memungkinkan
tergenang air dan terbentuk glei pada lapisan tanah tertentu. Yang
tergolong dalam tanah hidrosol antara lain tanah planosol, glei humik,
glei humik rendah, hidromorfik kelabu, podzolik air tanah, dan laterit
air tanah.
Tanah Sawah (Paddy Soil)
Tanah
sawah merupakan salah satu jenis tanah hidrosol yang penting di
indonesia. Beberapa ahli masih kontroversi tentang penggolongan tanah
ini ke dalam tanah hidrosol, karena sifatnya yang berbeda-beda dan hanya
merupakan perkembangan daripada jenis-jenis tanah; aluvial, vertisol,
latosol dan psamment, podzolik merah kuning, hidromorfik kelabu,
planasol dan tanah podzolik. Jenis tanah ini dalah akibat persawahan
dengan menggenangi tanah sawah untuk waktu yang agak lama selama
pertumbuhan padi, sehingga terjadi proses sebagai berikut; (1)
perpindahan senyawa besi dan mangan dari endapan atas dan diendapkan di
lapisan bawah, (2) pendataran (terracering), (3) permukaan tanah yang
miring, (4) akumulasi debu (silt) oleh air irigasi pada permukaan tanah.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi tanah sawah anatara lain; (1)
cuaca reduksi yang menyebabkan drainase buruk, (2) adanya sejumlah
senyawa besi dan mangan, (3) kemampuan perkolasi ke bawah. Hal tersebut
dapat menyebabkan terbentuknya tanah permukaan yang banyak mengandung
lapisan debu dan berwarna cerah/muda yang tebalnya sejajar dengan
permukaan tanah sawah setelah di teras. Di bawahnya terdapat akumulasi
besi dan mangan berupa coretan-coretan, becak-becak, selaput-selaput,
agregat, konkresi atau bahan lapaisan padas tergantung lamanya digunakan
sebagai sawah. Sifat kimia tanah ini dicirikan dengan terbentuknya H2S
yang menghambat penyerapan hara tanaman dan memperbesar perkembangan
akar, meningkatnya pH dan pelarutan silika. Sifat fisik tanah akibat
pembentukan padas akan menghambat drainase dan dalamnya akar tanaman,
tetapi tak menghambat perkembangan akar kesamping.
teimakasih sangat membantu
ReplyDelete