Ilmuwan ilmu tanah Universitas Ohio Rotan Lal mengatakan menyatakan bahwa tanah pertanian memiliki potensi untuk menyerap 13% karbon dioksida di atmosfer. Para peneliti di seluruh dunia berusaha mencari bukti bahwa perubahan pada lahan pertanian dan peternakan dapat berdampak besar terhadap penyerapan karbon.
Tanah terbuka tanpa vegetasi yang tumbuh diatasnya mengakibatkan karbon yang ada dalam tanah akan terangkat ke atmosfer. Hal ini mengakibatkan tanah menjadi kering dan keras serta rentan terjadi erosi baik oleh air maupun angin. Selain itu karbon yang naik ke udara akan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Sekarang ini perubahan penggunaan lahan telah memberikan kontribusi 1/3 dari emisi gas karbon yang mengakibatkan pemanasan global. Rotan Lal menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan telah mengakibatkan 70 milyar ton dari 100 milyar ton karbon yang ada di dalam tanah naik ke atmosfer.
Para petani selama ini telah menerapkan sistem regeneratif pertanian, yang bertujuan untuk meningkatkan retensi kesuburan dan kelembaban tanah melalui pupuk kompos, mempertahankan lahan pertanian, serta meningkatkan keanekaragaman tanaman. Dengan cara ini ternyata dapat meningkatkan jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah pertanian tersebut. Selama fotosintesis, tanaman menyerap karbon dioksida dari udara dan merubahnya menjadi zat gula dan lainnya yang merupakan molekul karbon. Karbon juga ditransfer melalui akar oleh simbiosis jamur dan mikroba tanah, yang kemudian menyimpannya di dalam tanah sebagai humus. Unsur karbon dalam tanah sangat penting keberadaanya, karena jika unsur karbon dalam tanah berkurang akan mengakibatkan tanah menjadi kering, keras dan rentan terhadap erosi.
Untuk mengukur penyerapan karbon potensial di dalam tanah pertanian, ilmuwan Whendee dari Universitas California, Berkeley, melakukan studi pada peternakan dekat Nicasio, California. Dalam percobaan tersebut menguji efek kompos yang dibuat dari limbah seperti daun, ranting, dan rumput serta limbah pertanian berupa pupuk kandang. Dalam percobaan tersebut telah menunjukkan bahwa kompos dapat meningkatkan karbon di dalam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk kompos dapat mengikat karbon yang ada di atmosfer sekaligus dapat mempertahankan karbon yang ada di dalam tanah.
Negara Indonesia memiliki sumberdaya agraris yang melimpah serta memiliki hutan tropis yang luas yang merupakan paru-paru dunia. Semua hasil-hasil penelitian tersebut seharusnya dapat direspon oleh para pemegang kebijakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan rencana pembangunan sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mengurangi dampak dari pemanasan global dan bukan sebaliknya.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan Anda ke blog kami, mohon masukkannya