Wednesday, July 20, 2011

Tata Cara Budidaya Tanaman Tebu (Bagian 4: Pemanenan "Harvesting")




4. Pemanenan (Harvesting)

Pemanenan adalah kegiatan akhir dari setiap siklus penanaman tebu, dimana kegiatan pemanenan meliputi Tebang, Muat dan Angkut, yang bertujuan: memungut tebu dalam jumlah yang optimal dari setiap petak tebang, mengangkut tebu dari petak tebangan ke pabrik dan mempertahankan hasil gula yang secara potensial berada pada tanaman tebu. Kegiatan tebang muat angkut (TMA) adalah kegiatan yang sangat komplek, karena bukan saja merupakan rangkaian dari tiga kegiatan yang saling mempengaruhi, tapi juga karena sangat ketat dibatasi oleh waktu. Apabila terjadi kendala di salah satu kegiatan, maka kegiatan lainnya akan terganggu. Seluruh kegiatan pertanaman akan ditentukan hasilnya dalam kegiatan TMA, bahkan hasil kinerja perusahaan akan ditampilkan dari kegiatan TMA. Kinerja manajemen seolah-olah dipertaruhkan dalam kegiatan ini. Secara garis besar tujuan dari TMA adalah mendapatkan tebu giling yang masak segar bersih (MSB) sebanyak-banyaknya sejak ditebang hingga digiling dalam tempo secepatnya.

Mengingat hal tersebut maka kegiatan Tebang Muat dan Angkut (TMA) dapat dikatakan berhasil dengan baik bilamana dapat mensuplai jumlah tebu yang sesuai dengan quota pabrik (sinkronisasi dengan kapasitas giling), kontinuitas pengiriman tebu ke pabrik dapat dipertahankan, kehilangan tebu baik di areal maupun dalam perjalanan seminimal mungkin, kesegaran tebu tetap terjaga dan kehilangan gula seminimal mungkin.

Pelaksanaan pemanenan dan pengiriman tebu ke pabrik menggunakan 3 (tiga) sistim tebang yaitu:

a. Penebangan Tebu Sistem Tebu Ikat (Bundled Canet-BC) 


Tebangan dengan sistem Bundled Cane adalah sitem tebangan yang dalam pelaksanaan tebang serta pemuatannya (loading) dilaksanakan dengan tenaga manusia (manual), sedangkan transportasi tebu dari petak tebang ke pabrik dilaksanakan dengan mengunakan truck. Karakteristik tebangan Bundled Cane mempunyai keunggulan: hanya memerlukan investasi yang relatif kecil, dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, resiko terhadap kerusakan petak relatif kecil, dapat beroperasi walaupun dalam kondisi cuaca basah, kapasitas pengiriman ke pabrik relatif besar. Di samping itu tebangan Bundled Cane mempunyai kekurangan: kualitas tebangan berfluktuasi dan tergantung dari intensitas pengawasan di lapangan, sangat rentan terhadap faktor eksternal (faktor sosial), memerlukan tenaga tebang dalam jumlah besar, dan hal ini seringkali sulit didapatkan.

b. Penebangan Tebu Sistem Tebu Urai (Loose Cane-LC)

Sistem penebangan Loose Cane (LC) adalah sistem penebangan di mana tebang dan ikat tebu dilakukan secara manual sedang pemuatannya (loading) dilakukan dengan menggunakan Grab Loader, dan pengangkutan tebu dari petak tebang ke pabrik dilakukan dengan truck (Losse Box) ataupun diangkut dengan trailer. Keunggulan penebangan Loose Cane: kapasitas pengiriman relatif besar, penyelesaian penebangan dan transportasi relatif cepat, dapat digunakan sebagai balancing atau penyeimbang terhadap permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dari Bundled Cane. Sementara itu untuk kekurangannya: diperlukan investasi yang relatif besar untuk pembelian peralatan seperti traktor, trailer, grab loader, dan sebagainya, dalam kondisi areal basah seringkali kesulitan dalam operasional loading maupun transportasi tebunya, resiko kerusakan areal lebih besar dibandingkan dengan sistem manual (Bundled Cane).

c. Penebangan Tebu dengan Mesin (Cane Harvester)

Penebangan dengan menggunakan mesin pada hakekatnya hanya untuk penyangga atau membantu untuk memenuhi quota pengiriman tebu. Hal ini mengingat dengan peralatan tersebut diperlukan investasi awal yang besar serta dengan biaya operasional yang relatif mahal. Akan tetapi pada kondisi tertentu penebangan tebu harus dibantu dengan menggunakan peralatan mesin tebang tersebut.Kondisi dimana mengharuskan penebangan dengan cane harvester: pada saat jumlah tenaga tebang menurun, sehingga quota pengiriman tebu ke pabrik tidak terpenuhi dari sistem Bundled Cane maupun Loose Cane, diperlukan pengiriman tebu ke pabrik dalam waktu yang cepat, agar dapat memenuhi quota pengiriman tebu ke pabrik, untuk membantu/menopang pengiriman tebu ke pabrik agar dapt menggiling tebu secara kontinyu.

Sementara itu untuk pengoperasian Cane Harvester secara optimal diperlukan persyaratan-persyaratan antara lain: kondisi areal relatif rata, kondisi tebu tidak banyak yang roboh, kondisi areal bersih dari sisa-sisa kayu/tunggul, kondisi areal tidak banyak mengandung tanaman merambat (Mikania), petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 10 ha, kondisi petak tebang tidak basah/becek. Tujuan TMA menyelamatkan tebu MSB sebanyak-banyaknya, namun hasil pengamatan di sebuah pabrik gula di Jawa seperti diilustrasikan pada Gambar 1 menunjukkan penurunan % pol tebu bisa mencapai 6.0 poin dalam perjalanannya mulai dari kebun, di cane yard atau emplasemen dan terakhir di pabrik. Dari kebun ke cane yard atau emplasemen mencapai 2.5 %, sedangkan dari cane yard atau emplasemen hingga ke luar dari proses pabrik mencapai 3.5 %. Belum lagi jika memperhitungkan penurunan bobot tebunya. Kehilangan % pol tebu dari kebun ke cane yard umumnya disebabkan penundaan giling. Tebu di lasahan terlalu lama, akibat terlambatnya angkutan atau produktivitas tebangan kurang, akibat hujan atau sebab-sebab lain. Diagram di bawah ini menunjukkan perjalanan % pol tebu dari kebun ke pabrik di salah satu pabrik gula di Jawa


Jika diurut ke belakang, penundaan giling terjadi karena tebu lama di lasahan dan atau lama di emplasemen atau cane yard. Lamanya tebu di lasahan umumnya karena menunggu tebu terkumpul dulu cukup banyak untuk diangkut, atau karena menunggu alat angkut. Tebu tebangan yang lama menunggu terkumpul untuk diangkut disebabkan jumlah tenaga TMA yang tidak mencukupi kebutuhan. Tebu yang lama di emplasemen atau cane yard disebabkan pabrik mengalami kerusakan sehingga tebu harus tertunda giling, dapat menyebabkan penurunan pol tebu dan kesulitan proses pengolahannya.

Beberapa kriteria bagi tebu yang dinyatakan tebu: masak, segar bersih (MSB) adalah sebagai berikut:


  • apabila secara visual daun tebu sebagian besar mengering, kecuali pucuknya. Untuk tebu yang mudah mengelentek (self trashing), sebagian besar daunnya rontok, baik karena mengelentek sendiri ataupun dikelentek;
  • secara kimiawi, kadar gula (pol, brix, HK, rend) bagian bawah dan atas hampir sama. Kadar gula reduksinya rendah (biasanya dibawah 0,5 %). Kadar P2O5 tinggi (> 250 ppm). Tebu dikatakan sudah masak jika faktor kemasakan < 25;
  • tebu dikatakan bersih apabila tidak/sedikit mengandung kotoran non tebu a.l.: daun,pucuk, klaras, sogolan,tanah, dan benda lain yang bersabut/tidak bersabut. Komposisi nira yang berasal dari tebu bersih adalah bila HK niranya tinggi (di atas 80 %), kadar gula reduksi rendah < 0,5 %, kadar amilumnya rendah < 100 ppm dan kadar tanahnya rendah < 2,5 % bahan kering;
  • tebu segar secara visual bekas potonganya masih basah (tidak kering) batangnya tidak keriput dan tidak berjamur. Sedang secara kimiawi HK niranya tinggi (jauh di atas 80 %), kadar gula reduksinya rendah (< 0,5 %), kadar dextran rendah (< 0,02 % bx) dan pH nya normal (5,4 -  5,8). 

    Untuk mengetahui apakah tebu yang ditanam di suatu kebun itu sudah waktunya untuk ditebang atau belum, tidak cukup hanya dilihat dari tanda-tanda fisiknya yakni daunnya yang sudah hampir mengering semua serta sebagian besar sudah menglentek, sebab tanda-tanda tersebut bisa jadi disebabkan oleh hal lain seperti akibat kekeringan. Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan analisis kemasakan atau sering disebut analisis gilingan contoh atau analisis gilingan kecil atau analisis pendahuluan.

    1 comment:

    Terima kasih atas kunjungan Anda ke blog kami, mohon masukkannya